Wednesday, 11 June 2014

Recognition itu, Penting.

Siang ini gue menyempatkan waktu untuk ngeblog. Gue emang belum menjadi blogger yang konsisten. Masih sering nulis ngalor ngidul dan dalam jeda waktu yang lumayan gak sama. At least, gue lagi berusaha buat gak kehilangan keinginan buat konsisten nulis.

Kali ini gue mau cerita sedikit tentang Recognition.

Apa sih recognition itu? Jadi menurut Translate Google dari English to Indonesia, recognition itu adalah pengakuan. Recognition bisa juga berarti sebuah penghargaan. Setelah gue baca beberapa artikel mengenai pengakuan ataupun penghargaan, ternyata recognition merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk mengaktualisasikan dirinya. Pada tingkatan kebutuhan manusia menurut Maslow -seorang tokoh psikologi- ternyata self-actualization merupakan kebutuhan manusia yang menempati urutan teratas. Jadi ketika kebutuhan lain manusia telah terpenuhi, dia akan mulai merasakan kebutuhan ini, kebutuhan akan pengakuan, penghargaan dan aktualisasi diri.  

Recognition sendiri bisa dibagi menjadi dua kategori, yaitu financial dan non-financial. Financial recognition, contohnya adalah ketika seorang karyawan, sales misalnya, mencapai target yang telah ditentukan, mereka akan mendapatkan insentif, bonus ataupun kompensasi lainnya. Non-financial recognition contohnya adalah ketika karyawan menyelesaikan pekerjaanya dengan baik, atasan karyawan memberikan penghargaan berupa ucapan "good job, pals!", "great!" or "accurate prediction!" or any other words atau bahkan sekedar menepuk pundak sebagai tanda karyawannya telah melakukan hal yang memuaskan.

Bagi seorang karyawan -seperti gue-, yang masih entry level, yang masih bau tanah kencur, yang masih sangat muda belia dalam hal pengalaman, tentunya masih akan sering melakukan kesalahan. Dan itu adalah wajar, karena semua bermula dari tidak tahu menjadi tahu, dari berbuat salah menjadi melakukan hal yang benar. Untuk itu, recognition akan membawa dampak tersendiri dalam perkembangan mental gue. 

Kalo gue pikir-pikir, ketika gue selalu dikatakan gue salah, tanpa adanya recognition sedikit pun dari orang-orang di sekitar gue, gue bakal tumbuh jadi karyawan yang akan selalu salah. Kenapa? karena lama-lama tudingan-tudingan yang mengatakan gue salah itu akan semakin menancap di kepala gue. Dan akhirnya gue akan percaya bahwa gue gak bisa ngapa-ngapain, bahwa gue gak berguna. Secara tanpa sadar, semua enzim, cairan, daging dan bahkan lemak yang ada di tubuh gue, akan menerima bahwa gue ga bisa apa-apa.

Lain hal nya jika gue kelebihan dikasih recognition. Gue akan tumbuh menjadi karyawan yang haus recognition, super duper sensitif ketika gue kehilangan recognition gue karena sebelumnya gue terbiasa dapet recognition tsb, tumbuh jadi pribadi yang sombong, dll. Kenapa? karena lama-lama gue akan percaya bahwa gue sangat bisa ngapa-ngapaun, gue sangat berguna, sangat penting.

Jadi sebenarnya membiasakan diri untuk memberikan recognition yang tepat dan efektif ternyata tidak mudah. 

Menurut gue pribadi, recognition bukanlah sesuatu yang harus luar biasa indah, amajing ataupun mahal. Recognition akan sangat ampuh digunakan untuk mendongkrak kemampuan tersembunyi seseorang, membangkitkan kepercayaan diri seseorang dan membantu menguatkan impian dan harapan seseorang ketika memang digunakan dengan bijaksana dan tepat. 

Sedikit cerita, beberapa hari belakangan ini gue emang sedikit kehilangan gairah bekerja. Gue sebenernya tahu alesan gue kehilangan gairah itu apa, tapi gue memilih gak begitu memikirkannya. Akhirnya, gairah kerja gue pun berlarut-larut surut karena gak diobati dengan tepat. 

Singkat cerita, kemarin malem, Pak aR mengingatkan tim COE untuk update pekerjaan yang minggu ini kita targetkan selesai. Dan untuk gue dan Mbak aN yang kemarin masih pending adalah mengenai update struktur organisasi dan jobdesc sebuah divisi. Sehingga malam itu, gue memutuskan buat ngecek lagi ke meja kepala divisi ybs, "kali aja udah selesai.." pikir gue. 

Kepala Divisi ybs sedang tidak ada di tempat, cuma gue liat berkas gue ada di atas meja beliau. Gue ambil berkasnya, dan ternyata ada sedikit revisi. Secepat kilat gue balik ke meja gue dan nyalain kembali komputer gue buat revised berkas tsb. Setelahnya, gue balik ke meja Kepala Divisi ybs dan menaruh nya kembali di atas meja beliau. Gue duduk di samping meja beliau untuk menanti kedatangan beliau. Masih ada laptop di meja beliau, dan tas masih nangkring di kursi beliau.

Semenit

Dua menit

Lima menit

Sejam

Seratus jam

Akhirnya setelah sekian lama menanti, dengan hati yang sedikit gondok karena udah hampir jam 8 malem, dengan kaki yang sedikit bergoyang karena nahan pipis, Bapak Kepala Divisi pun datang.
"blah...blah...blah..."
"blah...blah...blah..."
"kamu bisa baca tulisan saya ya...?"

Seketika hati gue berbunga-bunga denger kalimat terakhir beliau. Memang bukan hal yang sangat mahal. Tapi itupun adalah sebuah recognition. Kenapa? karena gue pun sebenarnya merasa kesusahan baca coretan-coretan revisi beliau dalam draft jobdescnya. Dan akhirnya gue merasa senang ketika usaha gue buat baca tulisan tangan beliau, benar, tidak perlu ada revisi lain lagi. Terlebih kebahagiaan lain yang gue dapatkan adalah beliau mengakui bahwa gue bisa baca tulisan beliau. Mungkin ini sedikit sepele, tapi karena diucapkan dengan porsi dan waktu yang tepat, maka rasanya pun luar biasa memuaskan. Kebahagiaannya gak bisa diukur bukan? Kebahagiaannya gak bisa dideskripsikan dengan mudah bukan?

Begitulah cerita gue, jadi pada intinya adalah, recognition bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan atau bahkan dibuat-buat. Recognition haruslah jujur sesuai dengan porsi dan waktu yang tepat.

Gak rugi kok buat menghargai hasil kerja orang lain :)

0 comments:

Post a Comment