Wednesday, 8 October 2014

Ink - Catridge - Printer

Sekarang, tepat pukul 8.34pm postingan ini dimulai.

Hari ini cukup produktif, banyak kerjaan yang bisa diselesaikan dan on progress. Hari ini pun wanita ini bisa pulang lebih awal meski tak seawal kemarin. Rencananya memang sepulang kerja, si wanita ini mau pergi ke Gramedia Semanggi buat beli Cartridge.

Lelah dan penat pun tak menyurutkan niat si wanita buat jalan kaki lumayan jauh ke tempat tujuan. Setelah sedikit berbincang dengan karyawan Gramedia, akhirnya si wanita memutuskan untuk membeli Cartridge Warna dan Black. Dibandingkan harga Cartridge di toko langganan si wanita, memang harga di Gramedia itu lumayan lebih mahal, bedanya bisa sampe 20 ribu untuk Cartridge Black dan 40 ribu untuk Cartridge Warna. FYI, di Gramedia, buat Cartridge Black 802 harganya 86 Ribu dan Cartridge Warna 802 harganya 130 Ribu.

Nota sudah ditangan. Sebelum beranjak ke kasir, wanita ini sight seeing dulu mengelilingi seluruh penjuru Gramedia, seperti biasanya, walaupun sebenarnya si wanita sudah paham betul apa saja yang ada di tempat itu, sekadar formalitas aja sembari menebarkan dan menguraikan kepenatan setelah seharian bekerja.

tbc


Wednesday, 23 July 2014

Hasil Pemilu Presiden 2014

Kemarin KPU mengumumkan hasil penghitungan suara Pemilu Presiden Indonesia 2014. Terdapat dua pasang calon presiden dan wakilnya di pemilu kali ini:

1. Prabowo - Hattarajasa
2. Jokowi - Jusuf Kalla

Gue gak suka nyingkat Hattarajasa jadi Hatta. Karena gue ngefans sama Pak Mohammad Hatta dan gak demikian dengan Hattarajasa. Oke ini subjektif.

Setelah pada tanggal 9 Juli 2014 gue mengikuti penghitungan suara quick count dari salah satu lembaga survey di Indonesia, gue dapat menyimpulkan bahwa banyak banget penduduk Indonesia yang golput, alias gak milih, gak nyoblos.

Dan pagi ini gue ngecek di detik.com, berikut hasil perhitungan dari KPU :
1. Prabowo - Hattarajasa mendapatkan total suara 62.576.444
2. Jokowi - Jusuf Kalla mendapatkan total suara 70.997.833
Terlihat jelas bahwa pasangan nomor 2 lebih unggul dari nomor 1 dengan mengantongi 53% suara dari total suara yang masuk dalam perhitungan di KPU yaitu sebesar 133.574.277 suara.

Kita sambut presiden dan wakil presiden baru kita ... Jokowi - Jusuf Kalla.... yeaaayyyyy...!!!!

Tuesday, 24 June 2014

Hormon Penghilang Stress itu...

Sore ini gue iseng sms si Miong, temen kuliah gue yang saat ini nampang di foto blog gue. Ceritanya sih gue mau ngajakin dia ngedate alias KFC-an di tempat biasa, KFC Gelael. Ini tempat nongkrong paling favorit sejak kita kuliah, sampe sekarang.

Dia sering bilang sama gue, "Kita tuh, udah kerja tapi mental masih anak kuliah ya, Ten". 
Damn, it's true! hahahaa...
Kita berdua masih seneng sama yang namanya gratisan, murah meriah, apalagi great sale. Intinya, masih berasa berat buat ngeluarin duit dalam hal pemborosan ini itu. Termasuk dalam hal makan. Pernah satu waktu kita berniat ketemuan di mall kalibata buat nyobain recheese factory, tapi ujung-ujungnya itu lagi itu lagi, KFC Gelael.

Di sms, ternyata dia lagi tepar, puyeng, dan sejenisnya. Bahkan dia gak ngantor because of that headache. Sebenernya, dari pagi juga gue pening banget. Peningnya sampe berdenyut seiring dengan denyut jantung. Aneh. Kita sama-sama lagi menderita.

Si Miong bilang, hormon penghilang stress itu hanya muncul jika tubuh kita bergerak. Jadi kalo kita diem aja, duduk aja, bengong aja, ya hormonnya gak keluar. Otomatis stress kita perlahan-lahan numpuk. Dan buuuuummmmm... lama-lama penuh dan luber. Makanya, kalo udah pening karna diem dan gak ngapa-ngapain selain duduk, ya bangun, regangin badan, lari-larian kek.

Oke buat yang satu ini, Miong bener. Mungkin gue penat. Mungkin gue stress. Mungkin gue lelah.

Sore ini banyak hal yang pengen gue sharing-in tentang kerjaan, but so far, tangan gue gak mau ngetik tentang itu. Maunya ngetik tentang hidup dan galauan tiada batas. Heran. Gue gak suka liat orang ngegalau tapi lama-lama gue jadi sering ngegalau.

Satu hal yang selama ini pengen banget gue tulis sebenernya, gue salut banget sama atasan gue, Mbak aN. Beliau, wonder woman! Kapan-kapan deh gue cerita tentang bagaimana cara kerja beliau yang bikin gue amazed.

Daripada tambah gak nyambung gue nulis, lebih baik ayo mari pulang! Anak istri suami nenek kakek cucu cicit buyut menunggu di rumah. Selamat kembali ke rumah masing-masing, perhatikan barang bawaan dan hati-hati melangkah. Nanti kesandung.

See you!

Friday, 20 June 2014

Different Lunch Favor Story

Jam makan siang yang selalu dinanti oleh sebagian besar orang yang bekerja, bukanlah jam yang gue nanti-nanti. Aneh memang, tapi si neng yang satu ini emang freak. haha

Lunch kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Gue gak pergi bareng temen-temen MDP seangkatan kayak biasanya. Kali ini gue makan siang bareng mas dan mbak temen kantor yang seruangan sama gue. Mas Tim, Mba EK, dan 3 orang temen lain yang baru gabung di perusahaan ini (Mas Hen, Mba Din, and Mba.... *lupa*).

Kita jalan lumayan jauh ke arah Plaza Semanggi ngelewatin jalan belakang Atmajaya. Panas memang, tapi tergiur oleh cerita dari Mas Tim tentang tempat makan yang bakal kita tuju siang ini. Ya, ini pertama kalinya gue makan siang sejauh ini selama 9 bulan gue gabung di perusahaan ini. Gue jarang keluar kantor buat makan. Males. Freak memang. Memang freak. Haha...

Dan ketika gue sampe di tempat tujuan, gue gak pernah ngeh kalo ternyata tempat itu adalah tempat makan. Setiap lewat situ, gue gak pernah mempertanyakan itu tempat apa. Asal lewat. Menandakan banget gue udah mulai gak peduli sama lingkungan. Kacau. Gue tertampar kelakuan sendiri. Kemudian tersadar dan harus segera diperbaiki.

Lanjut...

Mas Tim pesen ayam asam manis, Mas Hen juga sama, gue ayam goreng mentega, Mba EK bawa bekel sendiri, Mba Din pesen fuyunghai, dan Mba *lupa* pesen bakso malang kalo ga salah. Selayaknya para pekerja yang lagi makan siang bareng, kami pun sama.. bercengkrama sambil menikmati hidangan yang ada. 

Ada kejadian lucu yang agak menyebalkan. 

Jadi si mas-mas penjual dateng nganterin pesanan kita satu persatu. Si mas bilang, "ayam goreng mentega". Itu pesenan gue. Tapi ketika gue lihat barangnya yang bertabur saus, 
"kok basah ya?" pikir gue. 
Terus gue terdiam lumayan lama, dan semua orang bingung ngeliat gue. 

Gue kembali mendapatkan kesadaran ketika Mas Tim bilang, 
"Es, ini pesenan lo bukan? Ayam Goreng Mentega". 
Gue menjawab sambil terbata-bata, "ah iyaa...". 
Yang laen ketawa ngeliat kebingungan gue. Dan gue juga agak geli ketika tersadar dari ketidaksadaran #halah.

Tanpa pikir panjang, Si Ayam Goreng Mentega yang bertabur saus yang sepertinya gue kenal itu saus apa pun gue lahap dengan kurang nikmatnya (karena masih ngerasa ada yang aneh). Sejeda kemudian, si penjual pun datang lagi membawakan pesanan yang lain.

"Maaf yang tadi itu Ayam Asam Manis, yang ini Ayam Goreng Mentega." Kata si mas penjual. 
Sontak gue berhenti mengunyah. Tiba-tiba lahar dan lava yang terendam di dalam perut bumi pun menguap. Temen-temen gue disitu pada bilang, 
"Oh pantesan tadi mbak (ester) nya bingung...". 
Dan gue juga bilang dalam hati, 
"Gosh..pantesan gue kenal sama siraman saus ini. ternyata saus asam manis. persis kayak saus asam manis pada ikan goreng saus asam manis yang sering papa pesen kalo kita lagi pergi ke pemancingan. damn!" 

Seketika gue lunglai... sedih... dilema.. galau.. oke stop, ga semerana itu sih sebenernya. 

Then, kita semua melanjutkan melahap makanan kita. Mba Din berhenti karena porsi fuyunghai yang dia dapet ternyata ga sepenuhnya muat di perutnya. Dan Mas Tim, dengan lapang dada menghabiskan separuh nasi dan separuh fuyunghai yang masih ada. Luar biasa perut Mas Tim itu. Salut, Om!! :D Awalnya sih dia malu-malu tanya, 
"beneran din ga dimakan lagi?" 
Baaahhh.... hahahaa...

This is my first time having lunch with my other colleagues (bukan anak MDP ato HC). Dan ya, gue merasakan kesenangan yang berbeda untuk pengalaman makan siang kali ini. Different Lunch Favor Story. 

Jadi keinget someone said to me, "gak rugi loh, ngobrol sama banyak orang..." Oke, I think he is right on it. :)

Monday, 16 June 2014

Kebenaran, Selayang Pandang

Postingan gue kali ini gue bikin sore hari, sekarang jam 4.49pm

Gue lagi dalam masa kritis yang paling gue ga suka, over sensitif. Nyenggol, mental. Kondisi gue yang lagi kayak gini, ada tanda-tandanya loh, seperti:
- Jantung berdegup kencang, kadang lebih kenceng dari suara napas gue #lebay
- Napas gue ngap-ngapan *fyi gue ga punya asma*
- Mata gue pedih karna nahan emosi
- Ga fokus
- Banyak bikin salah.

Sebabnya apa itu kondisi kritis bisa muncul? Sebabnya adalah 'kebenaran'. Kebenaran yang bagi satu orang itu berbeda dengan orang lainnya. Kebenaran yang berbeda (menurut persepsi masing-masing) memunculkan perdebatan. Dan perdebatan itulah yang bikin gue sensi. 

Gue sebenernya paling gak suka berdebat. Capek. Nguras banyak energi. Mulut gue juga pegel. Tapi entah kenapa ada aja orang yang sengaja ngajak gue berdebat. Padahal yang didebatin kadang juga gak penting2 amat. 

Ya begitulah, setiap orang punya 'kebenaran' menurut versi mereka masing-masing, dan juga menurut gue. Kadang yang gue anggap bener, buat orang lain di belahan bumi lain belum tentu bener. Yang menurut orang lain bener, kadang gak buat gue. 

Jadi sebenernya jawaban yang bener itu gimana???
Seorang filsuf *gue lupa namanya* bilang, "tidak ada jawaban benar atau salah. Yang ada hanyalah bagaimana kamu membuat pilihanmu menjadi sesuatu yang tidak kamu persalahkan dikemudian hari." 

Intinya sih ya, gak nyesel. 

Tapi balik lagi, kadang beberapa orang gak bisa menerima ketika orang lain mengungkapkan kebenaran yang gak sesuai dengan pendapat mereka. Jangankan menerima, mendengarkan aja enggak.

Try to put your self into other shoes.

Kendalikan egomu, bisa kan Ester? Kendalikan gengsimu, bisa kan *a*****? Bukannya hal-hal yang membuat kita bahagia, tenang dan nyaman itu adalah jauh lebih penting dari sekedar materi??
 

Friday, 13 June 2014

Leader, Observer & Presenter

At this moment, ya.. detik ini juga, gue lagi nongkrongin Lobby kantor gue. Kenapa? Ada insiden yang terjadi pagi ini. Tim gue lagi bikin acara, workshop, dan yang diundang adalah head-head. Head means kepala, kan ya? Sinonim kepala itu ketua kan ya? Atau bisa juga disebut leader kan ya? Iya, bener. Yang diundang adalah para leaders

Tim gue udah beberapa kali ngingetin mereka, by undangan, by email reminder, dan bahkan pagi ini masih harus gue tongkrongin satu-satu buat ngingetin mereka kalo pagi ini, jam 08.30, ada workshop.  
Saat ini, jarum jam pendek undah menunjuk ke angka 9 dan yang berhasil landing di ruangan workshop dengan selamat baru 3 peserta dari 8 peserta yang mengonfirmasi hadir. 37,5% lah itu udahan. Sisanya gimana, Neng? 

Sisanya...
Di ruangannya, kosong. You can guess where they are. Mungkin mereka lelah. 

Yang musti gue highlight disini adalah, they are our leaders here. We did sent the invitation and confirmed their coming one by one but then, on the day, they cant be on time. So sad
Bahkan ada yang ketika dikonfirmasi bilang bahwa mereka tidak bisa hadir karena blah blah blah tapi pada kenyataannya mereka ada kok di ruangannya. Duduk dibalik mejanya. 

For your information, workshop memang di schedule kan akan berlangsung selama 3 jam.  But in fact, hanya berlangsung selama 1 jam lebih beberapa menit. Maksud gue, kalo toh mereka gak tertarik, mereka bisa kok datang sebentar untuk memenuhi undangan, berjiwa besar layaknya seorang leader, kalau memang ada kepentingan yang lebih urgent, mereka bisa izin. At least, mereka udah mengusahakan sebisa mereka untuk hadir. Begitu kan yah bagus nya? Kecuali kalau memang dihari tersebut mereka ada perjalanan dinas ke kota sebelah atau ke negara sebrang laut sana, gak perlu mereka menyempatkan buat hadir. Ntar malah ketinggalan sepawat kan berabe. Wong ini, mereka ada kok dibalik meja mereka sedang duduk ganteng. 

Pada intinya sih gue cuma mau bilang, menghargai orang lain bisa kok dengan cara-cara sepele yang sebenernya nothing to loose juga jika dilakukan. Gak rugi dikita dan gak nyakitin orang lain. 

Ngomong-ngomong soal nyakitin orang lain, gue lagi di php-in nih sama seseorang dan seseorang #cieh. They said, "coba nanti saya perjuangkan kamu". Sejak gue denger kalimat itu, sampe hari ini, ada kali sebulan berlalu. Tapi pada akhirnya sepatah katapun gak terucap. Gue sih males ngingetin lagi. Toh gue mempertanyakan ini gak cuma sekali. Tapi berkali-kali sejak 2 September 2013. Pada kenyataannya, pertanyaan gue dianggap angin lalu. Mungkin karena yang bertanya adalah anak bau kencur yang baru aja ngerasain kerja. Dianggap gak tahu apa-apa. Dianggap gak penting suaranya. Let's stop this topic. "Sakitnya tuh disini...".













Back to workshop, gue terkesima sama atasan dari atasannya atasan gue. Seorang wanita paruh baya dengan dress berwarna pink cantik, beliau menengahi pembicaraan dengan sangat anggun, tenang dan bijaksana. Cara bicaranya sangat terarah. Beliau dapat mengemukakan pendapat dengan sangat renyahnya gak kayak gue. Gue kasih dua jempol tangan gue buat beliau. Salut! Jujur, gue pengen bisa mengemukakan pendapat seperti itu. Anggun!

Hari ini pun gue belajar sesuatu.

Kadang kita gak bisa mengemukakan kebenaran dimanapun dan kapanpun sesuka kita. Kenapa? Karena terbatasi oleh etika dan etitud. Mungkin apa yang hendak kita ungkapkan adalah benar, tapi ketika disampaikan pada waktu dan tempat yang tidak sesuai, kebenarannya akan tertutup oleh kekesalan orang yang mendengarkan ucapan kita. So, Neng... belajarlah bagaimana memilih waktu dan tempat yang sesuai untukmu berbicara, dengan cara yang tepat pula. :)
  

Thursday, 12 June 2014

Jadi Wartawan dan Jurnalis Sehari

Seperti kemaren, gue memanfaatkan waktu istirahat gue buat sharing, ngeblog, ngepost, ngomel, nyinyir di tulisan. Banyak hal yang gak bisa diomongin langsung kepada orang lain karena sebenernya apa yang mau diomongin juga gak penting buat orang lain.

Kalo ditulis gini? Ya, buat mengingatkan diri sendiri aja misal suatu ketika gue iseng buka-buka susur manuk ini lagi. Hahaha.. Syukur-syukur kalo ada pengunjung nyasar kesini dan merasa bahwa apa yang gue tulis sedikit renyah untuk dibaca.

Barusan seorang Head mandangin bagian bawah badan gue, kaki. Well, pagi hingga siang ini emang gue lupa gak ganti sepatu item. My fault

Sebenernya bukan tanpa alasan sih gue lupa ganti sepatu item gak penting memang, sejak pagi ini, in fact sejak semalem, gue lagi super duper sibuk. Gue lagi update-update beberapa task dari Pak aR and Mbak aN, gue juga lagi konek banget ngerjain news. News...? Iya, news... jadi ceritanya, gue lagi ngumpulin suara dan cerita dan kesan dan pesan dan jeritan hati beberapa karyawan mengenai penggunaan aplikasi yang baru diluncurkan oleh tim HC, Employee Self Service (ESS).

Ketika gue melakukan wawancara dengan beberapa karyawan kemarin, gue merasakan adrenalin gue meningkat. Oihh,,, kebahagiaan pun muncul. Gue merasakan kembali yang namanya ketertarikan dengan "questioning". Sewaktu kuliah, gue belajar questioning di kelas Questioning Skill. Gak gampang memang mempertanyakan sesuatu untuk menggali informasi. Apalagi jika harus mempertanyakan sebuah pertanyaan yang dipertanyakan. Ulalaaaaa.... lezaaattt...

Dari sekian banyak news yang sejak gue internship sampe sekarang ini gue bikin, news kali ini lah yang benar-benar membuat gue bahagia #ups. Tapi beneran, sensasinya beda. Ga sabar menanti news nya di blast sama bagian Corporate Affairs

Sebenernya gue tahu sih, bukan karena news nya gue bahagia. Tapi lebih karena gue merasakan gue fokus dan total ngerjain sesuatu, itu yang bikin gue bahagia. Ngerjain sesuatu yang bikin gue seneng, yang menarik seluruh perhatian gue, yang membuat gue tersenyum-senyum ketika ngelihat hasilnya selesai. Dan karena hal-hal kayak gini datangnya jarang, maka rasanya nikmat dan spesial banget.

Life is like a piece of strawberry cake, yah :D
  




Wednesday, 11 June 2014

Recognition itu, Penting.

Siang ini gue menyempatkan waktu untuk ngeblog. Gue emang belum menjadi blogger yang konsisten. Masih sering nulis ngalor ngidul dan dalam jeda waktu yang lumayan gak sama. At least, gue lagi berusaha buat gak kehilangan keinginan buat konsisten nulis.

Kali ini gue mau cerita sedikit tentang Recognition.

Apa sih recognition itu? Jadi menurut Translate Google dari English to Indonesia, recognition itu adalah pengakuan. Recognition bisa juga berarti sebuah penghargaan. Setelah gue baca beberapa artikel mengenai pengakuan ataupun penghargaan, ternyata recognition merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk mengaktualisasikan dirinya. Pada tingkatan kebutuhan manusia menurut Maslow -seorang tokoh psikologi- ternyata self-actualization merupakan kebutuhan manusia yang menempati urutan teratas. Jadi ketika kebutuhan lain manusia telah terpenuhi, dia akan mulai merasakan kebutuhan ini, kebutuhan akan pengakuan, penghargaan dan aktualisasi diri.  

Recognition sendiri bisa dibagi menjadi dua kategori, yaitu financial dan non-financial. Financial recognition, contohnya adalah ketika seorang karyawan, sales misalnya, mencapai target yang telah ditentukan, mereka akan mendapatkan insentif, bonus ataupun kompensasi lainnya. Non-financial recognition contohnya adalah ketika karyawan menyelesaikan pekerjaanya dengan baik, atasan karyawan memberikan penghargaan berupa ucapan "good job, pals!", "great!" or "accurate prediction!" or any other words atau bahkan sekedar menepuk pundak sebagai tanda karyawannya telah melakukan hal yang memuaskan.

Bagi seorang karyawan -seperti gue-, yang masih entry level, yang masih bau tanah kencur, yang masih sangat muda belia dalam hal pengalaman, tentunya masih akan sering melakukan kesalahan. Dan itu adalah wajar, karena semua bermula dari tidak tahu menjadi tahu, dari berbuat salah menjadi melakukan hal yang benar. Untuk itu, recognition akan membawa dampak tersendiri dalam perkembangan mental gue. 

Kalo gue pikir-pikir, ketika gue selalu dikatakan gue salah, tanpa adanya recognition sedikit pun dari orang-orang di sekitar gue, gue bakal tumbuh jadi karyawan yang akan selalu salah. Kenapa? karena lama-lama tudingan-tudingan yang mengatakan gue salah itu akan semakin menancap di kepala gue. Dan akhirnya gue akan percaya bahwa gue gak bisa ngapa-ngapain, bahwa gue gak berguna. Secara tanpa sadar, semua enzim, cairan, daging dan bahkan lemak yang ada di tubuh gue, akan menerima bahwa gue ga bisa apa-apa.

Lain hal nya jika gue kelebihan dikasih recognition. Gue akan tumbuh menjadi karyawan yang haus recognition, super duper sensitif ketika gue kehilangan recognition gue karena sebelumnya gue terbiasa dapet recognition tsb, tumbuh jadi pribadi yang sombong, dll. Kenapa? karena lama-lama gue akan percaya bahwa gue sangat bisa ngapa-ngapaun, gue sangat berguna, sangat penting.

Jadi sebenarnya membiasakan diri untuk memberikan recognition yang tepat dan efektif ternyata tidak mudah. 

Menurut gue pribadi, recognition bukanlah sesuatu yang harus luar biasa indah, amajing ataupun mahal. Recognition akan sangat ampuh digunakan untuk mendongkrak kemampuan tersembunyi seseorang, membangkitkan kepercayaan diri seseorang dan membantu menguatkan impian dan harapan seseorang ketika memang digunakan dengan bijaksana dan tepat. 

Sedikit cerita, beberapa hari belakangan ini gue emang sedikit kehilangan gairah bekerja. Gue sebenernya tahu alesan gue kehilangan gairah itu apa, tapi gue memilih gak begitu memikirkannya. Akhirnya, gairah kerja gue pun berlarut-larut surut karena gak diobati dengan tepat. 

Singkat cerita, kemarin malem, Pak aR mengingatkan tim COE untuk update pekerjaan yang minggu ini kita targetkan selesai. Dan untuk gue dan Mbak aN yang kemarin masih pending adalah mengenai update struktur organisasi dan jobdesc sebuah divisi. Sehingga malam itu, gue memutuskan buat ngecek lagi ke meja kepala divisi ybs, "kali aja udah selesai.." pikir gue. 

Kepala Divisi ybs sedang tidak ada di tempat, cuma gue liat berkas gue ada di atas meja beliau. Gue ambil berkasnya, dan ternyata ada sedikit revisi. Secepat kilat gue balik ke meja gue dan nyalain kembali komputer gue buat revised berkas tsb. Setelahnya, gue balik ke meja Kepala Divisi ybs dan menaruh nya kembali di atas meja beliau. Gue duduk di samping meja beliau untuk menanti kedatangan beliau. Masih ada laptop di meja beliau, dan tas masih nangkring di kursi beliau.

Semenit

Dua menit

Lima menit

Sejam

Seratus jam

Akhirnya setelah sekian lama menanti, dengan hati yang sedikit gondok karena udah hampir jam 8 malem, dengan kaki yang sedikit bergoyang karena nahan pipis, Bapak Kepala Divisi pun datang.
"blah...blah...blah..."
"blah...blah...blah..."
"kamu bisa baca tulisan saya ya...?"

Seketika hati gue berbunga-bunga denger kalimat terakhir beliau. Memang bukan hal yang sangat mahal. Tapi itupun adalah sebuah recognition. Kenapa? karena gue pun sebenarnya merasa kesusahan baca coretan-coretan revisi beliau dalam draft jobdescnya. Dan akhirnya gue merasa senang ketika usaha gue buat baca tulisan tangan beliau, benar, tidak perlu ada revisi lain lagi. Terlebih kebahagiaan lain yang gue dapatkan adalah beliau mengakui bahwa gue bisa baca tulisan beliau. Mungkin ini sedikit sepele, tapi karena diucapkan dengan porsi dan waktu yang tepat, maka rasanya pun luar biasa memuaskan. Kebahagiaannya gak bisa diukur bukan? Kebahagiaannya gak bisa dideskripsikan dengan mudah bukan?

Begitulah cerita gue, jadi pada intinya adalah, recognition bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan atau bahkan dibuat-buat. Recognition haruslah jujur sesuai dengan porsi dan waktu yang tepat.

Gak rugi kok buat menghargai hasil kerja orang lain :)

Thursday, 5 June 2014

"Dont Trust Anybody" ??

Di luar lagi hujan rintik-rintik. Beberapa orang berlalu lalang mempersiapkan diri mereka untuk lunch. Gue? Gue memanfaatkan waktu istirahat gue untuk sedikit berpikir, sedikit introspeksi dan sedikit menggerakkan tangan gue. Yeps, ngeblog. 

Pagi ini, gue sedikit ga mood. Kenapa? gue berangkat dari kost pancoran ke kost sudirman jam 5 pagi. Belom mandi, belom sikat gigi, belom sholat dan belom makan. Alhasil, di jalan perut gue krucuk-krucuk ketabrak angin karena gue cuma mengenakan kaos tipis. Jalanan masih lengang, gue pun ngebut sengebut yang gue bisa. 

Sampe di kost sudirman, gue buru-buru sholat dan ngaji mumpung lagi rajin. Whatsapp udah tang tung tang tung bunyi. Dari group gue. Gue baca seksama. Seketika gue jengkel, gue kesel, gue kecewa.

Flashback hari-hari kemarin, gue semakin jengkel, kesel, dan kecewa. Gue merasa diri gue ini terlalu bodoh. Kesalahan yang dulu pernah gue lakuin, sekarang terjadi lagi. 

Gue terlalu percaya sama orang.

Dulu, gue minta tolong temen kuliah gue buat print and submit skripsi gue karena posisi gue lagi magang di Palembang. Mau ke Jakarta buat ngurus-ngurus sendiri, gue terlampau gak punya duit karena biaya hidup di Palembang lumayan mahal. Terlampau percaya sama temen kuliah, gue gak nanya lagi gimana hasil print skripsinya. Gue cuma tanya "udah disubmitin kah?". 

Di hari sidang skripsi, Dosen Pembimbing gue nunjukin skripsi gue yg disubmit temen gue. Hasilnya? HANCUR!!! Format berantakan. Yang harusnya spasi jadi nyamung. yang harusnya nyambung jadi spasi. Mungkin ditempat temen gue ngeprint itu, abangnya make Word 2003 ato bahkan 1997. Tapi ya apa mau dikata? udah terlanjur. Penguji sidang gue bilang, "karena ini milikmu, harusnya kamu lah orang yang paling akhir ngecek gimana skripsi mu sebelum disubmit. Tanggung jawabmu, kan?". 

Akhirnya gue harus rela dapet A- karena nilai format gue jelek. Damn. 

Dan sekarang, hal ini terulang kembali. Karena gue terlalu percaya sama orang, gue kecolongan. Data yang dikasih ke gue, beberapa gak valid. Mau nyalahin siapa? Toh semua orang taunya ini tanggung jawab gue. Ya gue dong yang harus ngecek lagi, tanya lagi, make sure lagi. 

Dan ketika kepercayaan yang lu kasih ke orang itu terpatahkan, akhirnya lu bakal ngerasain yang namanya patah hati. Ya itu tadi.... semakin besar kepercayaan yang lu kasih, semakin sakit rasanya ketika patah. 
Terus, haruskah lu berhenti percaya sama orang? 

Nggak!

Lu gak harus jadi curigaan sama orang, lu gak harus jadi mempertanyakan berbagai macam motif orang, lu gak harus jadi orang yang negatif thinking. Yang harus lu lakuin adalah, ketika itu tanggung jawab lu, ya lu harus make sure, bener-bener make sure dari a to z, berkali-kali make sure. Sampe lu yakin semuanya udah beres. Oke, Eten!?!