Wednesday, 1 November 2023

A Mama of Two

 Siang ini, di titik ini, ku tak pernah bayangkan sebelumnya akan seberantakan ini. 

Too  many sins I've made. I just need a chance to make  them up, being a good mother to my beloved children.

I know we three can do better. 

Aussie? Denmark? Sweden? Norway? UK?

Anywhere but with them.  

Wednesday, 8 October 2014

Ink - Catridge - Printer

Sekarang, tepat pukul 8.34pm postingan ini dimulai.

Hari ini cukup produktif, banyak kerjaan yang bisa diselesaikan dan on progress. Hari ini pun wanita ini bisa pulang lebih awal meski tak seawal kemarin. Rencananya memang sepulang kerja, si wanita ini mau pergi ke Gramedia Semanggi buat beli Cartridge.

Lelah dan penat pun tak menyurutkan niat si wanita buat jalan kaki lumayan jauh ke tempat tujuan. Setelah sedikit berbincang dengan karyawan Gramedia, akhirnya si wanita memutuskan untuk membeli Cartridge Warna dan Black. Dibandingkan harga Cartridge di toko langganan si wanita, memang harga di Gramedia itu lumayan lebih mahal, bedanya bisa sampe 20 ribu untuk Cartridge Black dan 40 ribu untuk Cartridge Warna. FYI, di Gramedia, buat Cartridge Black 802 harganya 86 Ribu dan Cartridge Warna 802 harganya 130 Ribu.

Nota sudah ditangan. Sebelum beranjak ke kasir, wanita ini sight seeing dulu mengelilingi seluruh penjuru Gramedia, seperti biasanya, walaupun sebenarnya si wanita sudah paham betul apa saja yang ada di tempat itu, sekadar formalitas aja sembari menebarkan dan menguraikan kepenatan setelah seharian bekerja.

tbc


Wednesday, 23 July 2014

Hasil Pemilu Presiden 2014

Kemarin KPU mengumumkan hasil penghitungan suara Pemilu Presiden Indonesia 2014. Terdapat dua pasang calon presiden dan wakilnya di pemilu kali ini:

1. Prabowo - Hattarajasa
2. Jokowi - Jusuf Kalla

Gue gak suka nyingkat Hattarajasa jadi Hatta. Karena gue ngefans sama Pak Mohammad Hatta dan gak demikian dengan Hattarajasa. Oke ini subjektif.

Setelah pada tanggal 9 Juli 2014 gue mengikuti penghitungan suara quick count dari salah satu lembaga survey di Indonesia, gue dapat menyimpulkan bahwa banyak banget penduduk Indonesia yang golput, alias gak milih, gak nyoblos.

Dan pagi ini gue ngecek di detik.com, berikut hasil perhitungan dari KPU :
1. Prabowo - Hattarajasa mendapatkan total suara 62.576.444
2. Jokowi - Jusuf Kalla mendapatkan total suara 70.997.833
Terlihat jelas bahwa pasangan nomor 2 lebih unggul dari nomor 1 dengan mengantongi 53% suara dari total suara yang masuk dalam perhitungan di KPU yaitu sebesar 133.574.277 suara.

Kita sambut presiden dan wakil presiden baru kita ... Jokowi - Jusuf Kalla.... yeaaayyyyy...!!!!

Tuesday, 24 June 2014

Hormon Penghilang Stress itu...

Sore ini gue iseng sms si Miong, temen kuliah gue yang saat ini nampang di foto blog gue. Ceritanya sih gue mau ngajakin dia ngedate alias KFC-an di tempat biasa, KFC Gelael. Ini tempat nongkrong paling favorit sejak kita kuliah, sampe sekarang.

Dia sering bilang sama gue, "Kita tuh, udah kerja tapi mental masih anak kuliah ya, Ten". 
Damn, it's true! hahahaa...
Kita berdua masih seneng sama yang namanya gratisan, murah meriah, apalagi great sale. Intinya, masih berasa berat buat ngeluarin duit dalam hal pemborosan ini itu. Termasuk dalam hal makan. Pernah satu waktu kita berniat ketemuan di mall kalibata buat nyobain recheese factory, tapi ujung-ujungnya itu lagi itu lagi, KFC Gelael.

Di sms, ternyata dia lagi tepar, puyeng, dan sejenisnya. Bahkan dia gak ngantor because of that headache. Sebenernya, dari pagi juga gue pening banget. Peningnya sampe berdenyut seiring dengan denyut jantung. Aneh. Kita sama-sama lagi menderita.

Si Miong bilang, hormon penghilang stress itu hanya muncul jika tubuh kita bergerak. Jadi kalo kita diem aja, duduk aja, bengong aja, ya hormonnya gak keluar. Otomatis stress kita perlahan-lahan numpuk. Dan buuuuummmmm... lama-lama penuh dan luber. Makanya, kalo udah pening karna diem dan gak ngapa-ngapain selain duduk, ya bangun, regangin badan, lari-larian kek.

Oke buat yang satu ini, Miong bener. Mungkin gue penat. Mungkin gue stress. Mungkin gue lelah.

Sore ini banyak hal yang pengen gue sharing-in tentang kerjaan, but so far, tangan gue gak mau ngetik tentang itu. Maunya ngetik tentang hidup dan galauan tiada batas. Heran. Gue gak suka liat orang ngegalau tapi lama-lama gue jadi sering ngegalau.

Satu hal yang selama ini pengen banget gue tulis sebenernya, gue salut banget sama atasan gue, Mbak aN. Beliau, wonder woman! Kapan-kapan deh gue cerita tentang bagaimana cara kerja beliau yang bikin gue amazed.

Daripada tambah gak nyambung gue nulis, lebih baik ayo mari pulang! Anak istri suami nenek kakek cucu cicit buyut menunggu di rumah. Selamat kembali ke rumah masing-masing, perhatikan barang bawaan dan hati-hati melangkah. Nanti kesandung.

See you!

Friday, 20 June 2014

Different Lunch Favor Story

Jam makan siang yang selalu dinanti oleh sebagian besar orang yang bekerja, bukanlah jam yang gue nanti-nanti. Aneh memang, tapi si neng yang satu ini emang freak. haha

Lunch kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Gue gak pergi bareng temen-temen MDP seangkatan kayak biasanya. Kali ini gue makan siang bareng mas dan mbak temen kantor yang seruangan sama gue. Mas Tim, Mba EK, dan 3 orang temen lain yang baru gabung di perusahaan ini (Mas Hen, Mba Din, and Mba.... *lupa*).

Kita jalan lumayan jauh ke arah Plaza Semanggi ngelewatin jalan belakang Atmajaya. Panas memang, tapi tergiur oleh cerita dari Mas Tim tentang tempat makan yang bakal kita tuju siang ini. Ya, ini pertama kalinya gue makan siang sejauh ini selama 9 bulan gue gabung di perusahaan ini. Gue jarang keluar kantor buat makan. Males. Freak memang. Memang freak. Haha...

Dan ketika gue sampe di tempat tujuan, gue gak pernah ngeh kalo ternyata tempat itu adalah tempat makan. Setiap lewat situ, gue gak pernah mempertanyakan itu tempat apa. Asal lewat. Menandakan banget gue udah mulai gak peduli sama lingkungan. Kacau. Gue tertampar kelakuan sendiri. Kemudian tersadar dan harus segera diperbaiki.

Lanjut...

Mas Tim pesen ayam asam manis, Mas Hen juga sama, gue ayam goreng mentega, Mba EK bawa bekel sendiri, Mba Din pesen fuyunghai, dan Mba *lupa* pesen bakso malang kalo ga salah. Selayaknya para pekerja yang lagi makan siang bareng, kami pun sama.. bercengkrama sambil menikmati hidangan yang ada. 

Ada kejadian lucu yang agak menyebalkan. 

Jadi si mas-mas penjual dateng nganterin pesanan kita satu persatu. Si mas bilang, "ayam goreng mentega". Itu pesenan gue. Tapi ketika gue lihat barangnya yang bertabur saus, 
"kok basah ya?" pikir gue. 
Terus gue terdiam lumayan lama, dan semua orang bingung ngeliat gue. 

Gue kembali mendapatkan kesadaran ketika Mas Tim bilang, 
"Es, ini pesenan lo bukan? Ayam Goreng Mentega". 
Gue menjawab sambil terbata-bata, "ah iyaa...". 
Yang laen ketawa ngeliat kebingungan gue. Dan gue juga agak geli ketika tersadar dari ketidaksadaran #halah.

Tanpa pikir panjang, Si Ayam Goreng Mentega yang bertabur saus yang sepertinya gue kenal itu saus apa pun gue lahap dengan kurang nikmatnya (karena masih ngerasa ada yang aneh). Sejeda kemudian, si penjual pun datang lagi membawakan pesanan yang lain.

"Maaf yang tadi itu Ayam Asam Manis, yang ini Ayam Goreng Mentega." Kata si mas penjual. 
Sontak gue berhenti mengunyah. Tiba-tiba lahar dan lava yang terendam di dalam perut bumi pun menguap. Temen-temen gue disitu pada bilang, 
"Oh pantesan tadi mbak (ester) nya bingung...". 
Dan gue juga bilang dalam hati, 
"Gosh..pantesan gue kenal sama siraman saus ini. ternyata saus asam manis. persis kayak saus asam manis pada ikan goreng saus asam manis yang sering papa pesen kalo kita lagi pergi ke pemancingan. damn!" 

Seketika gue lunglai... sedih... dilema.. galau.. oke stop, ga semerana itu sih sebenernya. 

Then, kita semua melanjutkan melahap makanan kita. Mba Din berhenti karena porsi fuyunghai yang dia dapet ternyata ga sepenuhnya muat di perutnya. Dan Mas Tim, dengan lapang dada menghabiskan separuh nasi dan separuh fuyunghai yang masih ada. Luar biasa perut Mas Tim itu. Salut, Om!! :D Awalnya sih dia malu-malu tanya, 
"beneran din ga dimakan lagi?" 
Baaahhh.... hahahaa...

This is my first time having lunch with my other colleagues (bukan anak MDP ato HC). Dan ya, gue merasakan kesenangan yang berbeda untuk pengalaman makan siang kali ini. Different Lunch Favor Story. 

Jadi keinget someone said to me, "gak rugi loh, ngobrol sama banyak orang..." Oke, I think he is right on it. :)

Monday, 16 June 2014

Kebenaran, Selayang Pandang

Postingan gue kali ini gue bikin sore hari, sekarang jam 4.49pm

Gue lagi dalam masa kritis yang paling gue ga suka, over sensitif. Nyenggol, mental. Kondisi gue yang lagi kayak gini, ada tanda-tandanya loh, seperti:
- Jantung berdegup kencang, kadang lebih kenceng dari suara napas gue #lebay
- Napas gue ngap-ngapan *fyi gue ga punya asma*
- Mata gue pedih karna nahan emosi
- Ga fokus
- Banyak bikin salah.

Sebabnya apa itu kondisi kritis bisa muncul? Sebabnya adalah 'kebenaran'. Kebenaran yang bagi satu orang itu berbeda dengan orang lainnya. Kebenaran yang berbeda (menurut persepsi masing-masing) memunculkan perdebatan. Dan perdebatan itulah yang bikin gue sensi. 

Gue sebenernya paling gak suka berdebat. Capek. Nguras banyak energi. Mulut gue juga pegel. Tapi entah kenapa ada aja orang yang sengaja ngajak gue berdebat. Padahal yang didebatin kadang juga gak penting2 amat. 

Ya begitulah, setiap orang punya 'kebenaran' menurut versi mereka masing-masing, dan juga menurut gue. Kadang yang gue anggap bener, buat orang lain di belahan bumi lain belum tentu bener. Yang menurut orang lain bener, kadang gak buat gue. 

Jadi sebenernya jawaban yang bener itu gimana???
Seorang filsuf *gue lupa namanya* bilang, "tidak ada jawaban benar atau salah. Yang ada hanyalah bagaimana kamu membuat pilihanmu menjadi sesuatu yang tidak kamu persalahkan dikemudian hari." 

Intinya sih ya, gak nyesel. 

Tapi balik lagi, kadang beberapa orang gak bisa menerima ketika orang lain mengungkapkan kebenaran yang gak sesuai dengan pendapat mereka. Jangankan menerima, mendengarkan aja enggak.

Try to put your self into other shoes.

Kendalikan egomu, bisa kan Ester? Kendalikan gengsimu, bisa kan *a*****? Bukannya hal-hal yang membuat kita bahagia, tenang dan nyaman itu adalah jauh lebih penting dari sekedar materi??
 

Friday, 13 June 2014

Leader, Observer & Presenter

At this moment, ya.. detik ini juga, gue lagi nongkrongin Lobby kantor gue. Kenapa? Ada insiden yang terjadi pagi ini. Tim gue lagi bikin acara, workshop, dan yang diundang adalah head-head. Head means kepala, kan ya? Sinonim kepala itu ketua kan ya? Atau bisa juga disebut leader kan ya? Iya, bener. Yang diundang adalah para leaders

Tim gue udah beberapa kali ngingetin mereka, by undangan, by email reminder, dan bahkan pagi ini masih harus gue tongkrongin satu-satu buat ngingetin mereka kalo pagi ini, jam 08.30, ada workshop.  
Saat ini, jarum jam pendek undah menunjuk ke angka 9 dan yang berhasil landing di ruangan workshop dengan selamat baru 3 peserta dari 8 peserta yang mengonfirmasi hadir. 37,5% lah itu udahan. Sisanya gimana, Neng? 

Sisanya...
Di ruangannya, kosong. You can guess where they are. Mungkin mereka lelah. 

Yang musti gue highlight disini adalah, they are our leaders here. We did sent the invitation and confirmed their coming one by one but then, on the day, they cant be on time. So sad
Bahkan ada yang ketika dikonfirmasi bilang bahwa mereka tidak bisa hadir karena blah blah blah tapi pada kenyataannya mereka ada kok di ruangannya. Duduk dibalik mejanya. 

For your information, workshop memang di schedule kan akan berlangsung selama 3 jam.  But in fact, hanya berlangsung selama 1 jam lebih beberapa menit. Maksud gue, kalo toh mereka gak tertarik, mereka bisa kok datang sebentar untuk memenuhi undangan, berjiwa besar layaknya seorang leader, kalau memang ada kepentingan yang lebih urgent, mereka bisa izin. At least, mereka udah mengusahakan sebisa mereka untuk hadir. Begitu kan yah bagus nya? Kecuali kalau memang dihari tersebut mereka ada perjalanan dinas ke kota sebelah atau ke negara sebrang laut sana, gak perlu mereka menyempatkan buat hadir. Ntar malah ketinggalan sepawat kan berabe. Wong ini, mereka ada kok dibalik meja mereka sedang duduk ganteng. 

Pada intinya sih gue cuma mau bilang, menghargai orang lain bisa kok dengan cara-cara sepele yang sebenernya nothing to loose juga jika dilakukan. Gak rugi dikita dan gak nyakitin orang lain. 

Ngomong-ngomong soal nyakitin orang lain, gue lagi di php-in nih sama seseorang dan seseorang #cieh. They said, "coba nanti saya perjuangkan kamu". Sejak gue denger kalimat itu, sampe hari ini, ada kali sebulan berlalu. Tapi pada akhirnya sepatah katapun gak terucap. Gue sih males ngingetin lagi. Toh gue mempertanyakan ini gak cuma sekali. Tapi berkali-kali sejak 2 September 2013. Pada kenyataannya, pertanyaan gue dianggap angin lalu. Mungkin karena yang bertanya adalah anak bau kencur yang baru aja ngerasain kerja. Dianggap gak tahu apa-apa. Dianggap gak penting suaranya. Let's stop this topic. "Sakitnya tuh disini...".













Back to workshop, gue terkesima sama atasan dari atasannya atasan gue. Seorang wanita paruh baya dengan dress berwarna pink cantik, beliau menengahi pembicaraan dengan sangat anggun, tenang dan bijaksana. Cara bicaranya sangat terarah. Beliau dapat mengemukakan pendapat dengan sangat renyahnya gak kayak gue. Gue kasih dua jempol tangan gue buat beliau. Salut! Jujur, gue pengen bisa mengemukakan pendapat seperti itu. Anggun!

Hari ini pun gue belajar sesuatu.

Kadang kita gak bisa mengemukakan kebenaran dimanapun dan kapanpun sesuka kita. Kenapa? Karena terbatasi oleh etika dan etitud. Mungkin apa yang hendak kita ungkapkan adalah benar, tapi ketika disampaikan pada waktu dan tempat yang tidak sesuai, kebenarannya akan tertutup oleh kekesalan orang yang mendengarkan ucapan kita. So, Neng... belajarlah bagaimana memilih waktu dan tempat yang sesuai untukmu berbicara, dengan cara yang tepat pula. :)